IKN News, Kutai Barat – Danau Kelumpang, yang terletak di Kecamatan Mook Manar Bulatn, merupakan salah satu sumber daya alam penting sebagai penghasil ikan air tawar terbesar di Kabupaten Kutai Barat (Kubar), Kalimantan Timur. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, hasil tangkapan ikan di danau ini terus mengalami penurunan.
Kondisi ini memicu kepedulian Berkat David Sinaga, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kutai Barat, untuk mengambil langkah nyata melalui gerakan bertajuk Sedaapkan (Selamatkan Danau dan Populasi Ikan di Danau Kelumpang).
Gerakan ini diluncurkan sebagai bagian dari aksi perubahan dalam program Pendidikan Kepemimpinan Administrator (PKA) III tahun 2024 di Puslatbang KDOD LAN RI Samarinda.
“Aksi perubahan ini saya buat demi menyelamatkan danau dan ekosistem air. Ini bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga ancaman serius terhadap lingkungan kita,” ujar Bang Naga, sapaan akrab Berkat David Sinaga, saat ditemui di Sendawar, Senin (14/10/2024).
Dia menjelaskan, berdasarkan data statistik perikanan, hasil tangkapan ikan di Danau Kelumpang terus menurun selama tiga tahun terakhir. Situasi ini mendorong Berkat David untuk mengidentifikasi penyebab utama masalah tersebut.
“Memang ada beberapa permasalahan kenapa itu bisa terjadi. Pertama maraknya illegal fishing atau penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bom ikan dan racun. Kedua adalah overfishing akibat alat tangkap yang berlebihan dibandingkan luas area penangkapan ikan. Artinya walaupun ada budidaya atau bantuan pembibitan terus-menerus tetapi wilayah penangkapan masih tetap sama. Jadi kebanyakan alat tangkapnya, sementara ikannya di wilayah yang luasannya tetap,” ungkapnya.
Kondisi itu diperparah dengan minimnya pengawasan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian danau. Kelompok Masyarakat Pengawas Perikanan (Pokmaswas) perikanan yang dibentuk pemerintah provinsi juga belum bekerja efektif dan cenderung vakum.
“Sebenarnya kita selama ini memang ada pembinaan terhadap masyarakat yaitu kelompok masyarakat pengawas (Pokmawas) tetapi dalam perjalanan karena memang Pokmawas ini dibina langsung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi, ya kita hanya kewilayahan saja, tapi saya melihat adanya kevakuman di situ,” ungkap Bang Naga.
Untuk itu, sebagai langkah awal, ia mengaktifkan kembali Pokmaswas dengan melibatkan masyarakat setempat. Kelompok ini mendapatkan legalitas melalui Surat Keputusan dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur, sehingga memiliki kewenangan untuk memantau aktivitas perikanan di Danau Kelumpang.
“Saya juga menggerakan mereka untuk mengawasi wilayahnya. Jadi mereka perlu bertanggung jawab untuk kelestarian danau, salah satunya menjaga dan mengawasi illegal fishing tadi. Kita harapkan dengan adanya pengawas perikanan di masyarakat dapat meningkatkan hasil atau produksi perikanan tangkap di Danau Kelumpang,” terang Naga.
Selain itu, langkah konkret lainnya adalah restocking atau penebaran bibit ikan. Sebanyak 60.000 bibit ikan patin telah ditebar ke danau berkat kolaborasi dengan pemerintah daerah, DPRD Kutai Barat, dan pihak swasta. Upaya ini bertujuan memulihkan populasi ikan sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem perairan
“Dengan program ini, kami berharap populasi ikan dapat pulih, ekosistem kembali seimbang, dan hasil tangkapan nelayan meningkat di masa depan,” tambahnya.
Aksi “Sedaapkan” mendapat dukungan luas, mulai dari pemerintah kabupaten hingga komunitas lokal. “Kolaborasi adalah kunci. Tanpa sinergi lintas sektor, mustahil kita dapat menciptakan perubahan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Bang Naga juga mengapresiasi dukungan dari berbagai pihak, termasuk Puslatbang KDOD LAN RI Samarinda, coach Veronica Hanna Naibaho, serta para pemangku kepentingan di Kubar.
“Kami tidak bisa bergerak sendiri. Ini adalah upaya kolektif untuk masa depan lingkungan dan masyarakat,” tambahnya.
Melalui pendekatan holistik, aksi perubahan ini tidak hanya bertujuan menyelesaikan tugas program kepemimpinan, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Sosialisasi, edukasi, dan pelibatan komunitas lokal menjadi strategi utama yang diyakini dapat mengembalikan kejayaan Danau Kelumpang sebagai sumber penghidupan berkelanjutan.
“Mari bersama menjaga kelestarian Danau Kelumpang. Masa depan ekosistem dan sumber penghidupan kita ada di tangan kita bersama,” seru Berkat David.
Gerakan “Sedaapkan” membuktikan bahwa langkah kecil, jika dilakukan dengan tekad dan sinergi, mampu membawa perubahan besar. Kini, Danau Kelumpang bukan hanya diselamatkan, tetapi juga diberdayakan untuk masa depan masyarakat Kutai Barat.
(Adv-Diskominfo/Kbr).